Kajian Strategi Pemulihan Ekonomi Kota Bogor di tengah Wabah Covid-19 untuk Pemerintah Kota Bogor

Pada tahun 2020, Citieslab melakukan Kajian Strategi Pemulihan Ekonomi Kota Bogor di tengah Wabah Covid-19 untuk Pemerintah Kota Bogor.

Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan krisis kesehatan yang berdampak pada ekonomi. Berbagai negara melakukan kebijakan lockdown, sementara Indonesia memodifikasinya menjadi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan per wilayah. Kebijakan PSBB secara umum diterapkan melalui perluasan pemberlakuan libur sekolah baik negeri maupun swasta, menutup tempat-tempat wisata/hiburan dan perbelanjaan secara keseluruhan, menerapkan kebijakan bekerja di rumah untuk kantor – kantor yang bukan termasuk sektor penting, serta pembatasan lainnya yang diperlukan dalam memutus penularan wabah corona ini. Akibatnya, Sektor informal atau UMKM yang mengandalkan perputaran uang harian menjadi lumpuh. Ada sekitar 58,97 juta UMKM atau setara 99,99% mengalami kendala dalam produksi dan pemasaran di tengah wabah Covid-19. Sebagian besar bahkan harus gulung tikar sehingga terjadi gelombang PHK secara besar-besaran. Hal yang sama juga dialami Kota Bogor. Sejak pandemi Covid-19 melanda pada pertengahan Maret 2020, pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bogor mengalami penurunan sangat signifikan. Sektor Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) yang selama ini berkontribusi 30 persen terhadap PAD mengalami kelesuan sehingga berdampak pula pada sektor ekonomi lainnya seperti UMKM pariwisata hingga transportasi.

Pada aspek pekerjaan, hasil survey mengatakan bahwa responden dengan pekerjaan Buruh/Tukang/Sopir, Karyawan Toko/Hotel/Restoran, dan Freelance lebih banyak kehilangan pekerjaan saat pandemi. Dapat dikatakan bahwa sektor pekerjaan yang paling terdampak pandemi adalah sector pekerjaan harian. Pada aspek penghasilan, meskipun lebih dari setengah responden tidak mengalami perubahan pekerjaan, namun 77% responden mengalami penurunan penghasilan.  Pada aspek pekerjaan alternatif, Buruh/Tukang/Sopir, Pemilik Toko, dan PKL memiliki minat pada pekerjaan alternative diantaranya pada bidang Healthy Food, Alat Olahraga, Sayuran dan Buah-buahan, Kuliner dan Frozen Food. Ketertarikan responden dalam bidang-bidang ini dapat menjadi masukan untuk pemerintah dalam menyelenggarakan pelatihan bisnis yang sesuai.

Melihat ketertarikan wirausaha yang cukup besar berdasarkan hasil survey, menciptakan ekosistem UMKM baru di kalangan masyarakat dapat menjadi bentuk dukungan kebijakan pemerintah terkait pemulihan ekonomi terdampak COVID-19. Kerangka kebijakan terbagi dalam 3 aspek. Aspek supply bertujuan untuk meningkatkan kualitas UMKM & IKM yang sudah ada dan menciptakan UMKM & IKM baru. Aspek kedua yaitu distribution channel, yang bertujuan untuk menciptakan ruang tempat bertemunya supply (UMKM & IKM) dan demand (calon pembeli). Aspek ketiga adalah demand, yang bertujuan untuk menciptakan permintaan baru terhadap produk UMKM & IKM di kalangan masyarakat maupun pemerintahan.