Citiesreview – From Lost Space to Profitable Space

Urbanisasi dan perkembangan perkotaan telah menjadi tren global utama dan menyebabkan banyak tantangan dalam hal perencanaan tata ruang dan pengelolaan sumber daya (Cohen, 2006). Salah satu tantangan yang sering muncul adalah adanya ruang terlantar di tengah-tengah kota atau lost space. Lost space merujuk pada area di dalam kota yang tidak terstruktur dan terpinggirkan, seperti ruang di antara gedung, area terbuka yang jauh dari pusat aktivitas pejalan kaki, lahan kosong berupa parkir, bangunan terbengkalai, atau bahkan jalan-jalan sempit yang jarang digunakan (Trancik, 1986). Sayangnya, ruang-ruang lost space ini sering kali dibiarkan terabaikan dan tidak dimanfaatkan secara optimal, sehingga menjadi area yang tidak menarik, terkesan kumuh, dan berpotensi menjadi tempat berkumpulnya kegiatan yang tidak diinginkan, karena tidak memberikan dampak positif bagi lingkungan dan pengguna serta tidak menghubungkan elemen perkotaan secara koheren.

Namun, di balik penampilannya yang terlantar, ruang-ruang lost space ini sebenarnya memiliki potensi besar yang dapat diungkap. Lost space juga menawarkan kesempatan yang luar biasa bagi para perancang untuk melakukan revitalisasi perkotaan dan mengisi kreativitas, serta menemukan sumber daya tersembunyi yang ada di dalam kota kita. (Trancik, 1986). Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perhatian diberikan kepada upaya mengubah lost space menjadi ruang publik yang aktif, produktif, dan menguntungkan bagi masyarakat.